Berita Presiden - Presiden Langsung Melucur Ke TKP Kejadian Bom Di 4 Tempat Yang Sangat Tidak Bermanusiawi Di Surabaya

Berita Presiden - Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menkopol hukam, Jenderal TNI (Purn) Wiranto, dan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian serta Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan terjun langsung meninjau tempat pengeboman di Surabaya, Minggu (13/5/2018).

Mantan Wali Kota Solo ini juga mengutuk keras aksi yang tidak berperikemanusiaan itu. Karena dari aksi memilukan yang terjadi di tiga gereja tersebut sudah memakan korban. Baik anak-anak maupun orang dewasa.

Melalui akun sah Instagram dan Twitternya, Jokowi juga menegaskan andai bangsa Indonesia bakal bersatu melawan terorisme. Dia menyuruh masyarakat guna bersatu dan bergerak melawan bersama.

"Mengunjungi Gereja GPPS di Jalan Arjuno Surabaya yang baru saja menjadi sasaran bom teroris. Kita semua bangsa Indonesia, bersatu melawan terorisme," tulis Jokowi dalam unggahan video berdurasi satu menit ketika meninjau langsung Gereja GPPS Jl. Arjuno Surabaya, Minggu (13/5/2018).

Saat itu, Jokowi pun didampingi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo. Ketiganya juga tampak mengerjakan perbincangan serius tepat di tempat kejadian peledakan.

Video yang diunggah Jokowi tersebut pun mendapat respons positif warganet. Sebagian besar dari mereka memuji keberanian Presiden Jokowi terjun langsung ke tempat pengeboman.

Di samping itu, tak tidak banyak pula warganet yang memberi dukungan supaya Pemerintah Indonesia segera membabat berakhir dan memberi hukuman berat untuk semua teroris.

"Gile, baru aja pemboman gak fobia datang ke TKP," tulis @zhelom.s dalam kolom komentar Jokowi.

"Tolong beri desakan ke DPR agar segera revisi UU terorisme pak. Tolong," tambah pemakai akun @satrioutomo.

"Udah terlampau baik pak negara ini sama kumpulan teroris dan radikal. Jangan dipeliharaaa. Mau sampe kapan?," timpal @t.joenta.

"Tolong pak Jokowi dengan paling berantas teroris di negara ini. Sudah gak pantas untuk beribadah anda diliputi rasa khawatir dan khawatir. Mohon tanggapi dan disusun satuan eksklusif melawan teroris. Terimakasih pak," pinta @stanleeananta.

"Gebuk aja pak. Jangan takut. Rakyat Indonesia pasti menyokong bapak,". @helenariesty, "Pak Jokowi mohon tolong bikin Perppu baru guna ambil perbuatan tegas (tembak mati) semua pelaku terorisme," tulis @ikjwan_hsb.

Konvoi mobil Presiden Joko Widodo melaju cepat tanpa melambat setelah tiba di bandara Juanda pada Minggu (13/5/2018) pukul 14.30 WIB. Meski berlangsung tanpa sirene dan tak terdapat keriuhan warga, tapi penduduk Surabaya sudah memahami bahwa orang nomor satu di Indonesia tersebut sedang bergegas menggali tahu, apa yang sebetulnya terjadi di kota terbesar kedua di Indonesia sesudah Jakarta itu.

Baca Juga : Berita Politik – 4 Tempat Pengeboman Di Surabaya Termasuk Salah Satu Anggota ISIS ?? Bom Bunuh Diri Dengan Anak – Anak Dimana Kemanusiaan Negara Kita ??

Presiden Joko Widodo seharusnya menghadiri dua kegiatan di Jakarta pada Minggu siang, regu wartawan pun telah berangkat ke tempat acara kesatu, tetapi di gerbang depan lokasi, rencana berubah, mobil yang mengirimkan wartawan berubah arah.

Awalnya tidak terdapat yang tahu mobil mengarah ke ke mana, sampai akhirnya terkuaklah tujuannya mengarah ke Pangkalan Udara Militer TNI AU Halim Perdanakusuma, pesawat Kepresidenan Indonesia-1 telah bersiap di sana, membawa Presiden ke Surabaya.

Sejumlah wartawan secara seketika ditunjuk maupun mengemukakan diri guna ikut regu Presiden. Bersama Presiden terdapat Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri Sekretaris Negara.

Berbeda dari trafik kerja Presiden yang telah terjadwal laksana biasa, semua menteri maupun ajudan tidak tampak membawa tas barang, seluruh tampak melulu bergegas masuk ke pesawat. Wiranto pun melulu menyematkan tas kecil berwarna cokelat di lengan kirinya sedangkan Pratikno melulu mengenakan topi pet hitam.

Padahal Presiden baru saja meninggalkan bandara Juanda pada Sabtu (12/5/2018) selama pukul 19.30 WIB sesudah melakukan trafik kerja Presiden ke Pasuruan, Jawa Timur. Tak disangka 18 jam kemudian, Presiden kembali tiba di lokasi yang sama.

Tidak ada deretan warga di ambang jalan yang menyambut, tidak terdapat kerumunan pelajar seraya memegang bendera merah putih kecil yang menantikan di depan sekolahnya, tidak terdapat buku-buku, kain, ataupun kaus yang dibagi-baikan dari mobil berpelat "Indonesia 1" sepanjang perjalanan dadakan itu.

Kunjungi TKP

Tempat kesatu yang dikunjungi ialah Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro. Di tempat itu, telah ada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Presiden ditemani Menteri Koordinator Politk dan Keamanan Wiranto, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan.

Presiden yang telah membuka jas birunya sampai-sampai ia melulu mengenakan kemeja putih tersebut tiba pukul 15.30 WIB. Awalnya ia terlihat ragu menginjak GKI sebab Tempat Kejadian Perkara (TKP) masih "segar".

Masih terdapat nomor-nomor barang bukti dan bahkan terdapat sosok yang ditutupi kain putih. Potongan badan yang diperkirakan kaki tampak tidak banyak terkuak dari kain putih tersebut. Presiden melulu sekitar 10 menit sedang di bangunan GKI tersebut.

Lokasi kedua ialah Gereja Pentakosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuna Surabaya.

Saat mendarat di sana, bangunan depan gereja kelihatan terbakar seluruhnya, pohon-pohon di depan gereja juga menghitam, deretan sepeda motor yang parkir pun kosong, dan bau material maupun tubuh yang terbakar masih tersisa, plang gereja hangus tak tersisa.

Presiden tidak masuk ke bangunan GPPS itu. Ia melulu mengamati dari seberang jalan dan mengobrol bersama dengan Wiranto, Tito, Hadi serta Budi Gunawan. Presiden tampak memperhatikan dengan seksama keterangan dari Tito Karnavian. Sesekali Presiden mengelus hidungnya. Entah apa yang dikisahkan Tito Karnavian tentang bangunan yang belakangan diketahui terpapar ledakan bom sangat besar dibanding dua gereja lainnya itu.

Setelah selama 15 menit mengobrol dengan empat orang anak buahnya, Presiden lalu membual sebentar dengan Risma, kemudian melanjutkan perjalanan.

Kali ini RS Bhayangkara menjadi tujuannya. Presiden membesuk seorang korban ledakan bom di ruang perawatan intensif yang diasuh di sana.

"Semoga cepat sembuh ya," kata Presiden untuk korban yang ditunggui oleh seorang wanita di sampingnya. Simpati dan semangat dapat jadi urusan yang paling diperlukan korban dan keluarganya ketika ini.

Lawan Terorisme

Dalam pengakuan resminya di sekitar kantin RS Bhayangkara, Presiden Joko Widodo menyuruh masyarakat Indonesia guna bersatu melawan terorisme.

"Kita mesti bersatu melawan terorisme. Saya menyuruh semua anggota masyarakat guna bersama-sama memerangi terorisme, memerangi radikalisme yang berlawanan dengan nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur anda sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan dan nilai-nilai kebhinekaan," kata Presiden.

Presiden juga mengecam pelaku ledakan yang memakai dua anak di bawah umum menjadi pelaku bom bunuh diri.

"Tindakan terorisme kali ini sungguh biadab dan di luar batas kemanusiaan yang memunculkan korban anggota masyarakat anggota kepolisian dan pun anak-anak yang tidak berdosa, tergolong pelaku yang memakai dua anak berumur tidak cukup lebih 10 tahun yang dipakai juga guna pelaku bom bunuh diri," tegas Presiden.

Berdasarkan keterangan dari Presiden, terorisme ialah kejahatan terhadap kemanusiaan dan tidak terdapat kaitannya dengan agama apapun semua doktrin agama menampik terorisme dengan apapun alasannya.

"Tadi pagi saya telah memerintahkan untuk Kapolri guna mengusut tuntas jaringan-jaringan pelaku dan saya perintahkan untuk merombak jaringan tersebut sampai ke akar-akarnya. Seluruh aparat negara tak akan tidak mempedulikan tindakan pengecut semacam ini," tambah Presiden.

Ia mengimbau untuk semua rakyat di pelosok Tanah Air supaya semuanya tetap tenang mengawal persatuan dan waspada. "Hanya dengan upaya bareng seluruh bangsa terorisme dapat anda berantas. Kita mesti bersatu melawan terorisme dan terakhir marilah anda berdoa untuk semua korban yang meninggal dunia. Semoga mereka menemukan yang terbaik di sisi Allah SWT dan untuk keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan keikhlasan," ungkap Presiden.

Tidak tak sempat Presiden memberikan garansi kepada semua korban yang luka-luka supaya diberi kesembuhan dan negara dan pemerintah memastikan semua ongkos pengobatan dan perawatan semua korban.

Berdasarkan keterangan dari penjelasan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian pelaku serangan bom ke tiga gereja di Surabaya ialah berasal dari satu family dengan kepala keluarga ialah Dita Sopriyanto yang adalah Ketua JAD (Jamaah Anshar Daulah) Surabaya.

Dita Sopriyanto (ayah) memakai mobil Avanza mengandung bom berkekuatan besar dan meledakkan bom tersebut di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuna. Dita juga tewas dalam aksinya.

Sedangkan istrinya, Puji Kuswati dan dua orang anak wanita Fadilah Sari (12) dan Pamela Rizkita memakai bom pinggang yang diledakkan di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro.

Sementara dua anak laki-laki pasangan Dita dan Puji yakni Yusuf Fadil (18) dan Firman Halim (16) menyerang gereja Katolik Santa Maria Tak Tercela dengan memakai bom yang diangkut di motor.

"Di Jatim ini sel yang bergerak yakni JAD Surabaya yaitu melewati satu family yang diperkirakan Dita ini. Kami telah lapor ke Presiden bahwa Polri, TNI, BIN, bergerak dan kami bakal merapatkan barisan," tegas Tito.

Ada dua kumpulan teroris yang dinamakan Tito yakni Jamaah Anshar Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang dua-duanya adalah pendukung utama ISIS. Di Indonesia, JAD ini didirikan oleh Aman Abdurahman yang kini ditahan di lapas Nusa Kambangan.

"Aksi ini anda duga motifnya, kesatu ialah di tingkat internasional ISIS ini ditekan oleh kekuatan-kekuatan baik dari Barat yakni Amerika, Rusia dan lainnya sehingga suasana mereka terpojok. ISIS lalu menyuruh semua jaringannya di luar tergolong yang telah kembali ke Indonesia untuk mengerjakan serangan," tambah Tito.

Alasan kedua, ialah mereka yang pulang dari Suriah atau yang tertangkap otoritas di Turki atau Yordania kemudian kembali ke Indonesia. Jumlah yang telah berangkat ke sana terdapat 1.100 orang lebih, dan 500 di antaranya dideportasi pulang ke Indonesia.

Alasan lain ialah pimpinan mereka sudah diciduk karena bersangkutan permasalahan pelatihan di Cianjur dan Aceh, pun bersangkutan dengan peristiwa bom Thamrin sebagai dalang permasalahan Thamrin Jakarta 2016. Setelah yang diproses, digantikan sosok beda ditunjuk ketua JAD jatim Zainal Ansyori dan diciduk lagi.

Karena pimpinannya ini diciduk maka kelompok-kelompok ini mulai bereaksi untuk mengerjakan pembalasan, salah satunya menciptakan kerusuhan di Mako Brimob yang tidak saja karena makanan tapi telah ada kemarahan.

Lantas apa yang mesti dilakukan? Salah satu yang diusulkan Tito ialah dengan adanya Peraturan Pengganti Undang-undang (Perppu) UU No 15 tahun 2003 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

"Bila perlu bila terlalu lama direvisi kami minta ke bapak Presiden untuk mengemukakan Perppu (UU Terorisme)," kata Tito.

Berdasarkan keterangan dari Kapolri, revisi UU No 15 tahun 2003 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang memakan waktu ulasan revisi lebih dari 1 tahun telah terlalu lama.

"Karena anda tahu sel-selnya mereka namun tidak dapat tindak mereka bila mereka tidak mengerjakan aksi, UU 15/2003 ini paling responsif sekali jadi anda bisa beraksi kalau sekiranya mereka mengerjakan aksi atau jelas terdapat barang buktinya," ungkap Tito.

Padahal menurut keterangan dari Kapolri, semua penegak hukum hendak lebih dari itu.

"Salah satunya anda bisa, negara atau institusi pemerintah atau insitusi hukum contohnya pengadilan memutuskan JAD dan JAT (Jamaah Anshar Daulah dan Jamaah Ansharut Tauhid) sebagai organisasi teroris kemudian ada pasal yang menyebut bila bergabung dengan organisasi teroris ini dapat diproses pidana, tersebut akan lebih mudah untuk kita," jelas Tito.

Ia memohon sokongan anggota DPR supaya revisi UU Terorisme tidak berlarut-larut sebab korban telah berjatuhan.

"Negara membutuhkan sokongan lebih, khususnya masalah pasal-pasal laksana mereka yang pulang dari Suriah terdapat 500 orang tergolong keluarga (pelaku bom Surabaya) ini, diduga. Kita tidak bisa melakukan apa-apa bila tidak mengerjakan pidana, bila mereka pakai paspor palsu kita dapat proses hukum, tapi bila mereka tidak mengerjakan apa-apa ya tidak bisa," tambah Tito.

Jadi apakah masih inginkan diam saja dan terkaget-kaget melhat aksi teroris? Saatnya melawan, melawan bersama-sama!